Pengalaman Pribadi Teguh Kurniawan: Hati Berdebar, Otak Terbuka di MEC Surabaya

Pengalaman Pribadi (Teguh Kurniawan) Halo, teman-teman! Perkenalkan, namaku Teguh Kurniawan. Melalui tulisan ini, saya ingin berbagi kisah nyata tentang perjalanan hidup—sebuah contoh pengalaman pribadi yang sangat berkesan, terutama saat saya menempuh pendidikan di Mandiri Entrepreneur Center (MEC) Surabaya.

Awal Sebuah Perjalanan yang Mengubah Hidup

Pengalaman Pribadi Teguh Kurniawan awal Pertama masuk Mec dengan teman baru dan semangat baru
Pengalaman Pribadi Teguh Kurniawan Langkah awal Perjalanan Menuju kesuksessan

Sebelum masuk ke MEC, kehidupan seperti jalan panjang tanpa arah yang jelas. Aku lahir pada tanggal 24 Maret 2006, sebagai anak kedua dari dua bersaudara. Asalku dari Pemalang, Jawa Tengah, tapi sejak umur tujuh tahun aku sudah dibawa ke Jakarta oleh kedua orang tuaku. Kami tinggal di kawasan Jakarta Utara, tepatnya di daerah yang dikenal banyak orang: Tanjung Priok.

Dari kisahku dimulai—kisah yang membuatku memahami arti perjuangan, kehilangan, dan keajaiban takdir Allah. Inilah kisahku di MEC Surabaya, tempat yang mengubah kehidupan sepenuhnya.

Awal Mengenal MEC: Dari Kehilangan Menuju Harapan Baru

Pengalaman Pribadi Teguh Kurniawan saat menjalankan upacara bersama kawan di lapangan hal yang sangat mengesankaan
Pengalaman peribadi Teguh Kurniawan awal semangat dengan adanya kegiatan upacara 17 agustus 1945

Awalnya, saya mengenal Mandiri Entrepreneur Center (MEC) dari seorang sahabat karib. Ia adalah lulusan MEC yang mengajakku untuk bergabung. Sejujurnya, saat ini saya sama sekali tidak membayangkan akan melanjutkan pendidikan setelah lulus sekolah. Semua terasa gelap karena aku baru saja kehilangan ayah tercinta akibat sakit berkepanjangan.

Pada saat itu, kehidupan seolah terhenti. Kami hanya tinggal bertiga: aku, ibu, dan kakak.

Rencanaku sederhana—aku ingin langsung bekerja setelah lulus sekolah untuk membantu keluarga. Tapi ternyata, Allah berkehendak lain. Aku yakin, inilah jalan terbaik yang Allah pilihkan untukku.
Dari situlah aku memutuskan menerima ajakan temanku untuk masuk ke MEC. Meski berat meninggalkan ibu yang sudah lanjut usia, aku percaya ini adalah langkah menuju masa depan yang lebih baik.

Akhirnya, dengan hati berdebar dan doa dari ibu, aku berangkat ke kota Surabaya yang sama sekali belum pernah kukunjungi sebelumnya. Di akhir kisah besar itu dimulai.

Pengalaman Pertama di MEC: Langkah Awal yang Menggetarkan

Pengalaman Pribadi Teguh Kurniawan Foto bersama kelas bisnis digital menjadi kenang kenaangan bersama sama yang sangat indah
Pengalaman Pribadi Teguh Kurniawan Foto bersama pak Firman dan teman teman untuk mengakhiri semester 1
  1. Hari Pertama di Kelas

Bulan Juni menjadi awal dari segalanya. Aku dan temanku berangkat ke Surabaya dengan penuh harapan. Saat pertama kali masuk kelas, saya sempat merasa canggung karena telat mendaftar. Namun dosenku, Pak Firman, menerima dengan tangan terbuka dan membimbing dengan sabar.

Awalnya aku takut tidak bisa menyesuaikan diri, tapi ternyata suasana kelas MEC sangat ramah. Kami diminta memperkenalkan diri dan menceritakan alasan memilih program studi. Dari situ, aku mulai mengenal teman-teman baru yang kini seperti keluarga sendiri.

Seiring berjalannya waktu, kecanggungan itu perlahan hilang. Aku merasa diterima, dan dari situlah semangat belajarku tumbuh.

Belajar Diniyah: Menemukan Cahaya Ilmu dan Iman

Pengalaman Pribadi Teguh Kurniawan Saat awal awal diniyah hal yang sangat indah dan awal perjalanaan hijrah
Pengalaman Pribadi Teguh Kurniawan saat pertama kali mengikuti kegiatan rutinan dinyah

Awalnya aku tidak ikut kegiatan Diniyah, karena jujur ​​​​​​aku belum tahu apa itu. Setelah dijelaskan, ternyata Diniyah adalah kegiatan belajar agama di MEC.
Dari situ, aku mulai tertarik karena selama ini pengetahuanku tentang agama masih sangat minim.

Di Diniyah, aku belajar tentang fikih, Al-Qur’an, aqidah, hingga bisnis jual beli dalam Islam. Yang membuat senang, para ustadznya tidak hanya bijak tapi juga humoris, membuat suasana belajar menjadi menyenangkan.

Melalui pelajaran problematika remaja , saya mulai sadar—ternyata banyak perilaku remaja, termasuk yang pernah kulakukan di masa sekolah, jauh dari ajaran Islam. Dari situ aku bertekad untuk memperbaiki diri dan berhijrah ke arah yang lebih baik.

Belajar Entrepreneur: Menempa Mental dan Jiwa Mandiri

Pengalaman Teguh Kurniawan
Pengalaman Teguh Kurniawan saat pertama kali kita jalan kaki ke bolas klumprik bersama teman teman seperjuangan

Ketika mendengar kata wirausaha, saya awalnya bingung. Apa itu sebenarnya? Setelah dijelaskan, ternyata kegiatan ini mengajarkan kami untuk berdagang dan berwirausaha.

Pertama kali berdagang keliling, saya menjual kerupuk dan roti ke perumahan sekitar MEC. Aku harus berteriak menawarkan dagangan, menolak penolakan, bahkan hinaan. Tapi dari pengalaman itu, saya belajar arti ketekunan dan kesabaran.

Aku mengenang perjuangan orang tuaku di Jakarta—betapa kerasnya mereka mencari nafkah. Dari situ aku belajar bahwa mencari uang tidak mudah. Namun justru disitulah mental dan keberanianku tumbuh.
Meski dagangan sering tidak habis, saya tidak menyerah. Saya tahu, setiap kegagalan adalah bagian dari proses menuju kesuksesan.

Kini saya menyadari bahwa kewirausahaan bukan sekedar tentang jualan, namun tentang membangun karakter : jujur, pantang menyerah, dan berani menghadapi penolakan.

Hijrah: Menemukan Jati Diri dan Kedamaian

Pengalaman Teguh Kurniawan kegiatan maulid nabi
Pengalamaan Pribadi Teguh Kurniawan Saat awal awal Kegiatan maulid Nabi

Hijrah bukan sekedar kata. Ini perjalanan batin.
Dulu kekacauan berantakan, sering begadang, jarang di rumah, dan terjerumus dalam pergaulan yang salah. Namun Allah masih sayang. Melalui jalan-Nya, aku bisa ke MEC dan mulai berubah.

Setiap kali mendengar kata “hijrah”, aku selalu teringat masa laluku. Aku pernah gagal istiqamah karena cinta duniawi, karena pacaran yang sebenarnya dilarang agama. Tapi dari kesalahan itu aku belajar bahwa hijrah sejati bukan hanya meninggalkan keburukan, tapi juga menjaga agar tidak mengulanginya lagi.

Di MEC, saya merasa mendapatkan guru dan lingkungan yang membimbingku untuk terus berada di jalan yang benar. Guru-guruku bukan hanya mengajar ilmu, tapi juga membimbing hati.

Akademik: Menemukan Semangat Baru di Bisnis Digital

Pengalaman Pribadi Teguh Kurniawan Makan Bersama sama Teman sekelas Bisnis Digital
Pengalaman Pribadi Teguh Kurniawan Saat awal awal foto bersama dengan teman seperjuangan Bisnis Digital akhir semester 1

Jurusan yang saya pilih adalah Bisnis Digital. Awalnya aku merasa jurusan ini sulit dan membingungkan. Saya sempat hampir menyerah karena belum paham dengan materi yang disampaikan dosen. Namun dengan kesabaran, aku mulai memahami sedikit demi sedikit.

Ternyata benar pepatah “bisa karena terbiasa”. Seiring waktu, saya mulai menikmati pelajaran dan menemukan bahwa dunia bisnis digital sangat menarik.
Saya belajar tentang pemasaran online, branding, hingga strategi digital marketing. Semua itu membuat paham bagaimana dunia bisnis masa kini bekerja.

Dosen-dosen di MEC juga sangat sabar. Mereka tidak hanya mengajarkan teori, tapi juga memberi contoh nyata bagaimana menerapkannya dalam dunia kerja dan usaha. Dari situ saya semakin yakin, MEC bukan hanya kampus, tapi tempat menempa masa depan.

Kehidupan di Asrama: Belajar Tentang Kebersamaan dan Disiplin

Pengalaman Teguh Kurniawan
Pengalman Teguh Kurniawan Saat awal awal makan bersama dengan teman sekamar Abu Bakar Pridee

Tinggal di asrama MEC adalah pengalaman yang tak kalah berkesan. Saat pertama kali datang, saya sempat bingung karena asramanya berbeda dari yang saya pikirkan. Tapi setelah masuk, suasananya hangat dan menyenangkan.

Asrama kami dilengkapi fasilitas lengkap—ada lemari, kasur nyaman, AC, mesin cuci, hingga ruang jemuran luas. Tapi yang paling berharga bukanlah fasilitasnya, melainkan kebersamaan.
Teman-teman dari berbagai daerah dan pulau saling membantu, saling menasihati, bahkan sudah seperti keluarga sendiri.

Di asrama, aku belajar hidup mandiri, disiplin, dan bertanggung jawab. Tidak ada ibu yang membangunkan pagi, semua harus dilakukan sendiri. Tapi justru dari situ aku belajar arti kedewasaan.

Ustadz Hevny:Sosok Ayah Kedua yang Membimbing dengan Ketulusan

Pengalaman Pribadi Teguh Kurniawan Saat Pertama Kali Kegiatan Outbond
Pengalaman Pribadi Teguh Kurniawan Saat Outbond Eco Parck MojoKerto

Salah satu tokoh yang paling berkesan di MEC adalah Ustadz Hevny. Awalnya saya tidak tahu kalau dia kepala asrama. Beliau adalah orang yang sangat ramah, tegas, dan penuh kasih.
Ustadz Hevny selalu menasihati kami dengan sabar, memotivasi kami untuk tidak malas, dan terutama—menegakkan disiplin shalat.

Ketika ada di antara kami yang lalai, dia marah bukan karena benci, tapi karena sayang. Aku merasa dia seperti ayah kedua bagi kami semua. Beliau tidak memandang latar belakang siapa pun—baik dari lingkungan baik maupun buruk, semuanya dirangkul dengan kasih sayang.

Saya benar-benar bersyukur bisa dibimbing oleh sosok seperti beliau. Semoga Allah selalu memberi kesehatan dan kekuatan untuk Ustadz Hevny dan keluarganya. Aamiin.

Refleksi dan Penutup: Dari MEC untuk Masa Depan

Kini, setelah melewati semua proses di MEC Surabaya, saya bisa berkata dengan yakin bahwa tempat ini telah mengubah hidup.
Dari yang dulu bingung dan kehilangan arah, kini aku menjadi pribadi yang lebih kuat, mandiri, dan punya tujuan hidup yang jelas.

Melalui pengalaman ini, saya belajar bahwa perubahan tidak datang tiba-tiba, tetapi melalui proses yang panjang dan terkadang menyakitkan. Tapi setiap air mata, tawa, dan perjuangan di MEC adalah bagian dari takdir terbaik yang Allah tuliskan untukku.

Pesan untuk pembaca

Buat teman-teman yang sedang mencari arah hidup, jangan takut untuk melangkah. Mungkin jalanmu tidak mudah, tapi percayalah—setiap langkah menuju kebaikan akan dibimbing Allah.
Seperti aku yang menemukan cahaya di MEC, kamu pun bisa menemukan tempatmu sendiri untuk tumbuh dan berubah.

Leave a Comment