pengalaman pribadi Ayu Rizqiyah – Dari keberangkatan haru, MOPD intensif, muhadhoroh, lomba kreatif, hingga outbound di hutan pinus. ini kisah nyata tentang keberanian, persahabatan, dan pertumbuhan spiritual yang menginspirasi.
Langkah Pertama ke MEC Surabaya

Halo, teman-teman yang luar biasa!
Setelah sekian lama menanti, akhirnya aku memutuskan untuk mulai menulis bab baru dalam perjalanan hidupku dan kali ini, aku ingin berbagi semuanya dengan kalian.
Dari langkah pertama menuju MEC Surabaya, hingga proses pencarian jati diri dan tantangan yang tak terduga, semua akan kuceritakan di sini. Karena versi terbaik kita bukanlah hasil instan, tapi lahir dari setiap langkah, belajar, dan keberanian untuk mencoba.
Siap menjadi versi terbaikmu? Mari mulai bersama!
Antara Haru dan Harapan

Semuanya dimulai pada tanggal 30 Juni 2025. Pagi itu, aku diantar oleh ibu dan kakakku ke kantor cabang Yatim Mandiri di Jombang.
Udara masih sejuk, embun pagi belum menguap, dan hatiku campur aduk: senang, deg-degan, tapi juga sedikit was-was. Ini pertama kalinya aku pergi jauh dari rumah untuk mengikuti program selama satu tahun penuh!
Sesampainya di sana, aku pamit kepada ibu. Ia memelukku erat dan berkata pelan, “Nak, belajar yang rajin ya… dan maafin ibu kalau selama ini ibu banyak salah ke kamu.”
Air matanya jatuh, dan melihat itu, aku langsung ikut menangis. Aku hanya bisa mengangguk sambil membalas pelukannya.
Setelah itu, aku naik bus kecil bersama peserta didik lain dari berbagai desa di Jombang. Tapi nggak cuma dari Jombang loh, kita juga mampir ke cabang di Mojokerto untuk menjemput teman-teman di sana.
Di dalam bus ada sekitar sebelas peserta didik, termasuk aku. Perjalanan ke Surabaya butuh waktu sekitar dua jam.
Dan jujur? Aku malah ketiduran! HAHA — mungkin karena otakku kecapekan memikirkan semua hal yang bakal terjadi. Dunia memang keras, tapi aku yakin, di MEC ini aku bakal belajar cara menghadapinya dengan senyuman.
Sesampainya di kampus MEC Surabaya, yang berlokasi di Jalan Jambangan No. 70, Surabaya, aku langsung merasakan atmosfer yang berbeda.
Bangunannya bersih, rapi, dan punya aura yang bikin semangat terus betah di sana. Setelah turun dari bus, kami diarahkan ke meja registrasi untuk daftar ulang, Prosesnya cepat dan teratur.
Lalu ada sesi check-in — bukan check-in hotel, tapi pengecekan barang bawaan. Semua harus sesuai daftar yang sudah dikirim sebelumnya.
Tidak boleh membawa barang yang dilarang atau tidak sesuai aturan. Setelah itu, kami diantar ke asrama yang sudah dipersiapkan mentor.
Kamar cukup rapi dan nyaman untuk istirahat. Meski kegiatan resmi belum dimulai, aku diperkenankan rebahan sebentar dan mengabari orang tua di rumah.
Dari situ, aku tahu: ini bukan sekadar sekolah, Ini adalah awal dari transformasi diri.
Kampus Mandiri Entrepreneur Center: Tempat Transformasi Pribadi

Di sinilah tempat aku akan mengukir setiap tetes keringat, menghadapi tantangan, dan membuktikan bahwa kerja kerasku mampu menghasilkan karya yang tak terlupakan.
Perkenalkan namaku Ayu Rizqiyah, anak ketiga dari lima bersaudara. Aku memiliki hobi bersepeda, Melewati masa muda dengan hobi bersepeda menjadi salah satu caraku menyegarkan pikiran.
refreshing aja gitu rekk hehe, dan menemukan keindahan yang jarang terlihat. Kadang, saat bersepeda sendirian di sore hari, aku jadi punya waktu untuk merenung, mengatur napas, dan mempersiapkan diri menghadapi hari-hari baru.
MOPD di MEC Surabaya Lebih dari Sekadar Orientasi

Keesokan harinya, tepat tanggal 1 Juli 2025, kegiatan resmi dimulai dengan MOPD (Masa Orientasi Peserta Didik). MOPD ini berlangsung selama satu minggu penuh, dan serius ini bukan MOPD biasa seperti di SMA.
Di sini, kami nggak cuma diajarkan aturan kampus, tapi juga hidup itu sendiri. Ada materi tentang mentalitas entrepreneur, cara berjualan tanpa modal, hingga bagaimana caranya tetap semangat meski sedang jatuh-bangun.
Salah satu hal yang paling membekas di kepala adalah motivasi dari salah satu pembimbing: “Kalau kamu nggak berani mulai, maka kamu nggak akan pernah tahu seberapa jauh kamu melangkah.”
Kalimat itu bikin aku mikir keras. Selama ini, aku sering ragu terhadap kemampuanku sendiri. Tapi di MEC, aku belajar bahwa keberanian itu bisa dilatih, dan kreativitas itu bisa diasah. Yang penting mau mencoba.
Nilai Tambah yang Aku Dapatkan dari MOPD
- Aku mulai memahami bahwa orientasi bukan sekadar aturan, melainkan gerbang perubahan.
- Aku belajar berani mengambil langkah pertama meskipun takut.
- Aku menemukan bahwa lingkungan yang suportif bisa sangat membantu perubahan dalam diri.
Latihan Mental & Kepemimpinan

Nggak cuma soal bisnis, di MEC juga ada kegiatan muhadhoroh, yaitu latihan pidato atau dakwah. Tujuannya jelas: melatih mental supaya nggak grogi di depan umum.
Awalnya aku mikir, “Waduh, aku kan pemalu banget!” Tapi ternyata, konsep muhadhorohnya seru banget! Nggak cuma pidato serius, tapi juga ada stand-up comedy islami, al-banjari, bahkan drama horor bertema akhlak! Serius deh, kreatif banget anak-anak di sini.
Saat giliran kelompokku tampil, aku kebagian tugas baca doa penutup acara. Terlihat simpel, kan? Tapi pas namaku dipanggil, jantungku langsung deg-degan kencang! Aku berjalan pelan ke depan, tangan gemetar memegang kertas doa.
Namun begitu mulai baca “Alhamdulillahirobbil’alamin…”, suaraku pelan-pelan berubah jadi tenang. Semua yang hadir di majelis diam, khusyuk, dan itu bikin aku sadar: aku juga punya peran yang berarti.
Pelajaran Emosional yang Aku Ambil
Selesai membaca doa, rasanya lega campur haru. Dari situ aku menyadari, bukan berarti harus jadi pembicara utama untuk menjadi berarti.
Kadang, cukup dengan satu doa tulus, kita sudah bisa menyentuh hati orang lain. Dan percaya diri itu? Beneran bisa tumbuh pelan-pelan, asal kita mau mencoba.
Saat Tak Terduga Jadi Cerita

Salah satu momen paling nggak terduga terjadi saat bulan Maulid Nabi Muhammad SAW. Panitia mengadakan lomba fashion show bertema “Pejuang Islam”.
Dan… ini beneran dadakan! Kita dikasih waktu cuma beberapa jam buat bikin kostum. Tanpa persiapan matang, tanpa konsep yang kompleks tetap maju.
Aku jadi Abdurrahman bin Auf, salah satu sahabat kaya raya yang dermawan. Temanku jadi “unta” iya, benar-benar unta! Dua orang berdiri, ditutup kain coklat, jalan pelan-pelan agar nggak jatuh.
Lucu banget sih haha, apalagi pas mereka hampir tersandung karena nggak kelihatan jalan. Tapi justru kekompakan dan keberanian kami yang bikin semua penonton terhibur.
Dan… kami menang! Nggak nyangka sama sekali. Tapi ini bukti nyata bahwa di MEC, kreativitas dan kekompakan lebih berharga daripada kesempurnaan. Yel-yel MEC “bertaqwa, bernyali, dan kreatif” benar-benar hidup di sini. Daebak!
Kenapa Momen Ini Penting dalam Perjalanan Pribadiku
- Aku belajar bahwa spontanitas bisa menghasilkan momen yang tak terlupakan.
- Aku merasakan bahwa meski persiapan minim, kerjasama tim membuat segalanya jadi mungkin.
- Aku semakin percaya bahwa dalam proses, nilai lebih penting daripada hasil sempurna.
Ilmu Dunia dan Akhirat

Belajar Ilmu Akhirat di Tengah Semangat Entrepreneur, adalah Salah satu hal yang membedakan MEC dari tempat lain. kita tidak cuma diajarkan ilmu dunia, tapi juga ilmu akhirat. Rasanya seperti di pesantren modern. Setiap selesai sholat Isya’, kami belajar diniyah.
Terdapat tiga materi diniyah utama:
- Aqidah: soal keyakinan, seperti iman kepada Allah, malaikat, kitab suci, dan seterusnya.
- Fiqih: hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari, terutama ibadah.
- Akhlak: budi pekerti, etika, dan cara berinteraksi dengan sesama.
Ini bukan sekadar pelajaran untuk mendapatkan nilai, tapi bekal hidup. Karena percuma jadi pengusaha sukses kalau akhlaknya buruk, kan?
Belajar Tilawati Dari Peserta Jadi Pengajar

Selain diniyah, kami juga belajar Tilawati metode membaca Al-Qur’an yang sistematis dan mudah dimengerti. Metode ini dikembangkan oleh KH. Hasan Sadzili, yang juga pendiri Yatim Mandiri dan MEC. Jadi, ini termasuk warisan ilmu dari beliau.
Yang keren? Kami nggak cuma belajar membaca Al-Qur’an, tapi juga diajari micro teaching cara mengajarkannya ke anak-anak nanti.
Teknik membacanya pakai nada ‘rost’ (datar, naik, turun), jadi enak didengar dan gampang diingat. Aku bahkan sempat jadi asisten kecil saat sesi latihan mengajar dan itu bikin aku merasa punya tanggung jawab lebih besar terhadap ilmu yang aku pelajari.
Petualangan, Keceriaan, dan Pelajaran Hidup

Hai rekk!! Tanggal 14 Oktober yang lalu, kami ikut outbound di hutan pinus beneran vibes-nya adem, sejuk, dan asri banget. Pohon pinusnya tinggi-tinggi seperti harapanku hehe.
Udara juga bersih loh, bikin suasana makin syahdu. Belum lagi tenda-tenda warna-warni yang dipasang di sana langsung bikin mood naik kayak lagi liburan beneran.
Tapiii… perjalanan ke sana nggak semulus kelihatannya, lho! Sebelum sampai lokasi, kami dikasih tantangan, rekk! Berangkat sendiri dari MEC ke hutan pinus yang jaraknya sekitar 61,7 km, hanya dibekali uang Rp 20.000 doang! Nggak cuma itu, kami juga dikasih peta manual dan info rute bus TransJatim.
Awalnya pada panik karena banyak dari kami emang belum pernah jalan jauh sendiri kayak gini. Tapi ya udah, kami jalan bareng-bareng, saling bantu, saling nuntun. Tidak ada yang menyerah, meski capek dan bingung di jalan.
Akhirnya kami sampai di hutan pinus. Langsung deh kerja tim dimulai, bangun tenda sendiri. Panitia cuma memberi panduan, sisanya urusan kami. Setelah itu, waktunya masak! Kami memilih menu simpel: mie soto.
Gampang, cepet, dan pasti disukai. Masaknya pakai kompor portable dan aluminium dari panitia. Prosesnya seru banget: ada yang potong bawang, ada yang jaga api, ada yang ambil air wkwk pokoknya asik rekk!
Mienya sudah matang, tapi nggak langsung dimakan. Kami disuruh menunggu semua kelompok selesai masak dulu, jadi baru makan bareng setelah Maghrib.
Akibatnya? Mienya jadi lembek dan mengembang! Tapi pas dimakan, malah ada sensasi “cool” gitu — mungkin karena udara dingin atau memang kelaparan banget. Yang jelas, rasanya tetap enak karena dimakan bareng teman-teman.
Setelah makan, kami sholat Isya, kemudian ada sesi sharing dari narasumber. Beliau bercerita pengalaman hidupnya yang penuh tantangan tapi tetap semangat. Bikin kami termotivasi, apalagi saat mendengar cerita tentang keberanian dan kepercayaan pada proses.
Malamnya, aku tidur sehabis kegiatan usai karena keesokan harinya harus bangun jam 03.30 untuk sholat tahajjud berjamaah. Ini pengalaman pertama buat banyak dari kami: camping tapi ada tahajjudnya!
Setelah tahajjud, kami lanjut sholat Subuh berjamaah plus baca al-Ma’surat (Wirid Nabi Muhammad SAW) bersama. Tenang banget rasanya, apalagi dikelilingi suara alam.
Pagi tiba, perut langsung protes. Karena nggak disediakan makanan, kami masak lagi. Menu pagi ini: telur dadar, sosis goreng plus nasi karena yaa… kita orang Indonesia, mana bisa tanpa nasi, kan? Nasinya sedikit aja, tapi cukup buat bikin kenyang dan semangat lagi.
Setelah sarapan, kami senam bareng di tengah hutan. Gerakannya simpel, tapi karena suasana alamnya asik, jadi terasa seperti senam di resort mewah haha canda.
Tapi sayang, hari itu juga hari terakhir kami di sana. Dan tantangan terberat langsung datang! Salah satunya: kami harus loncat dari ketinggian! Ada kayu yang dipasang di antara dua pohon, cukup tinggi. Satu per satu dari 11 anggota kelompok kami loncat, lalu ditangkap oleh jaring yang dipegang 10 teman di bawah.
Awalnya deg-degan banget, tapi setelah dicoba, rasanya lega dan seru tahu pingin lagi! Ini benar-benar uji kepercayaan dengan teman, juga percaya pada diri sendiri.
Masih ada empat tantangan lain, tapi aku ceritakan ini dulu aja, soalnya kalau semua diceritakan, bisa sampai planet Mars ini haha! Intinya: outbound ini nggak cuma seru, tapi juga bikin kita belajar banyak hal mulai dari kerja tim, sabar, percaya diri, dan syukur.
Acara ditutup dengan janji bersama untuk jadi pribadi yang lebih baik. Pulangnya, badan capek, tapi hati penuh energi positif.
Investasi untuk Masa Depan Dunia & Akhirat

Terima kasih, MEC. Keringatku di sini nggak akan sia-sia. Karena setiap tetesnya adalah investasi untuk masa depan yang gemilang dunia dan akhirat.
Dengan berbagi pengalaman pribadi Ayu Rizqiyah, semoga kamu terinspirasi untuk berani melangkah, meski dari hal yang kecil. Ingat: keberanian dan kreativitas bisa diasah, dan lingkungan yang tepat bisa jadi katalis perubahan besar.
Kalau kamu punya pengalaman seru juga, ayo ceritakan! Karena setiap kisah punya kekuatan untuk menyemangati orang lain.
Sampai jumpa di cerita berikutnya, rekk! Jangan lupa semangat, ya!