Pengalaman Pribadi Ayu Yunia Qoniatun Abidah di MEC Surabaya yang Mengubah Hidup

Pengalaman Pribadi Ayu Yunia Qoniatun Abidah – Halo, semua! Kali ini aku ingin berbagi kisah paling berkesan dalam hidupku, pengalaman di MEC Surabaya.

Bagi sebagian orang, nama “MEC” mungkin terdengar asing. Tapi bagi mereka yang pernah merasakan atmosfernya, MEC bukan sekadar tempat belajar. Ia adalah rumah kedua, pelatih mental, sekaligus jembatan menuju kemandirian.

Mengapa Pengalaman di MEC Surabaya Begitu Berkesan?

Masa  Orientasi Peserta Didik (MOPD)

MEC adalah kepanjangan dari Mandiri Entrepreneur Center, sebuah kampus beasiswa penuh yang didedikasikan khusus untuk generasi muda yatim.

Di sini, kami tidak hanya dibekali ilmu akademik, tapi juga mental wirausaha, spiritualitas, dan keterampilan hidup yang relevan dengan dunia nyata.Bagiku, masuk ke MEC bukan hanya soal mendapat beasiswa, ini adalah titik balik hidupku.

Dari yang awalnya ragu, pemalu, dan minim keterampilan, kini aku merasa siap menghadapi tantangan dunia kerja, bahkan mulai menjalankan bisnis kecil-kecilan.Semua itu berkat lingkungan, kurikulum, dan komunitas luar biasa di MEC Surabaya.

Dan inilah contoh pengalaman pribadi ku yang ingin aku bagikan, dengan jujur, hangat, dan penuh rasa syukur.

Sekilas Tentang Diriku: Ayu Yunia Qoniatun Abidah

Sekilas tentang ku – Ayu yunia

Namaku Ayu Yunia Qoniatun Abidah, anak bungsu dari tiga bersaudara. Aku merantau jauh dari keluarga demi mengejar mimpi dan pendidikan yang lebih baik.

Sejak kecil, hobiku adalah membaca. Buku bukan sekadar pelarian,ia adalah guru, sahabat, dan penenang di kala sepi.

Membaca telah memperluas wawasanku, menambah pengetahuan, mengurangi stres, bahkan membantuku tidur lebih nyenyak. Di tengah kesendirian, buku selalu setia menemani.

Dari sanalah aku belajar banyak hal sebelum akhirnya mengenal MEC Surabaya,tempat yang kemudian melengkapi semua yang kubutuhkan: ilmu, teman, dan arah hidup.

Hehe, itulah sedikit tentang diriku. Sekarang, mari kita masuk ke bagian paling berkesan: pengalaman pertamaku di MEC.

Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD): Langkah Pertama Menuju Kemandirian

Siswa-siswi berbaris rapi di halaman depan Gedung Mandiri Entrepreneur Center , mengenakan seragam putih-hitam, sedang melakukan Upacara Pembukaan MOPD (Masa Orientasi Peserta Didik)
Sedang melaksanakan Upacara Pembukaan Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD) – Mandiri Entrepreneur center Surabaya

Pagi yang cerah menyambut semangat baru. Tepat pada 30 Juli 2025, aku mengikuti Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD) di MEC Surabaya.

Kegiatan ini berlangsung selama satu minggu penuh dan dirancang untuk melatih ketahanan mental, disiplin, serta mempererat tali persaudaraan antar peserta baru.

Selama MOPD, kami tidak hanya diberi materi umum, tapi juga diajarkan prinsip-prinsip hidup, mulai dari manajemen waktu hingga cara menghadapi tekanan.Yang paling mengejutkan? Ini pertama kalinya aku benar-benar belajar entrepreneurship secara langsung.

Kami diajarkan bagaimana berjualan tanpa modal dan tetap bisa menghasilkan uang. Tidak dengan teori panjang, tapi melalui praktik nyata. Dari situ, aku mulai menyadari bahwa kemandirian bukan hanya soal uang, tapi juga soal keberanian mengambil langkah pertama.

Kehidupan Sehari-hari di Asrama MEC: Disiplin, Spiritualitas, dan Kebersamaan

Suasana terasa tenang namun penuh semangat belajar
Di Aula Serbaguna – Kelas Soft Skill (Pak Riski) Suasana terasa tenang namun penuh semangat belajar

Hidup di asrama MEC terasa seperti tinggal dalam keluarga besar. Setiap kamar dihuni sekitar sepuluh orang, lengkap dengan kasur, lemari, kipas angin, mesin cuci, dan kulkas.

Makan tiga kali sehari disediakan dengan menu sehat: nasi, sayur, lauk pauk, dan buah segar. Bagiku yang biasa makan seadanya, ini adalah berkah besar.

Jadwal harian di MEC sangat terstruktur:

  • Pukul 03.00: Tahajud dan Subuh berjamaah
  • Pagi: Olahraga ringan (stretching), piket asrama, sarapan
  • 08.00–15.00: Kelas akademik dan praktik
  • Siang: Istirahat, sholat Dzuhur, makan siang
  • Malam: Belajar mandiri atau kegiatan keislaman (Diniyah)

Yang paling kusuka adalah kegiatan non-akademik. Setiap Sabtu dan Minggu, kami berjualan/Entrepreneur.

Di malam hari, kadang kami mengadakan sesi sharing bersama,bercerita, tertawa, saling mendukung.

Salah satu momen paling hangat adalah saat kami berpuasa sunnah bersama dan berbuka (iftar) bersama. Di tengah kesibukan dan kelelahan, rasa kekeluargaan itu selalu menghangatkan hati.

Teman sekamar yang awalnya asing kini sudah kujadikan saudara. Kami saling support saat sedang down dan itu tak ternilai harganya.

Persaudaraan Tanpa Batas: Teman dari Berbagai Penjuru Nusantara

Makan Bersama Bisnis Digital – 23 Oktober 2025

Di MEC, kami berasal dari berbagai daerah: Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra, Palembang, Sulawesi Selatan, hingga Bawean. Meski berbeda latar belakang, kami cepat akrab,karena satu kesamaan besar: kami semua yatim. hahaha…

Status sebagai anak yatim membuat kami saling memahami perjuangan satu sama lain.Tidak perlu banyak kata untuk saling mengerti. Di kelas, kami sering diskusi kelompok,melatih teamwork, kemampuan mendengar, berkompromi, dan berkontribusi.

Dulu, aku sangat pemalu. Sekarang? Aku sudah berani bicara di depan umum, mengemukakan pendapat, bahkan memimpin tim.Program di MEC tidak hanya fokus pada akademik, tapi juga membangun karakter dan kemandirian.

Hidup dalam satu atap di asrama mengajarkanku hal-hal yang tidak bisa dibeli dengan uang: empati, toleransi, dan kebersamaan.Setiap teman memiliki sifat berbeda, tapi justru di situlah letak keindahannya. Seru banget, pokoknya!

Diniyah MEC Surabaya: Menyeimbangkan Ilmu Dunia dan Akhirat

 kelas Diniyah bersama ustadzah Lyla
kelas Diniyah bersama ustadzah Lyla – Mandiri Entrepreneur center Surabaya

Selain pelajaran akademik dan kewirausahaan, MEC juga menekankan pendidikan spiritual. Setiap hari, kami mengikuti berbagai kegiatan keislaman seperti:

  • Mengaji Al-Qur’an
  • Belajar tajwid
  • Hafalan Al-Qur’an
  • Rutinan dzikir pagi dan petang
  • Tilawah
  • Qiyamul Lail
  • Pembacaan sholawat Maulid Diba’i

Yang paling berkesan bagiku adalah pembacaan sholawat Maulid Diba’i, yang rutin dilaksanakan setiap Minggu malam Senin.

Semua mahasiswa berkumpul setelah sholat Maghrib, dipisah antara putra dan putri. Suasana khidmat, penuh keberkahan, dan membuat hati tenang.

Bagiku, ini bukti nyata bahwa MEC tidak hanya mencetak wirausaha sukses, tapi juga hamba Allah yang bertakwa.

Muhadoroh: Melatih Keberanian dan Public Speaking

Muhadoroh kamar khodijah – foto 1 (Drama), foto ke 2 (Puisi Berantai).

Salah satu program favoritku di MEC adalah Muhadoroh. Ini bukan sekadar latihan berbicara di depan umum,tapi proses membangun keberanian, kepercayaan diri, dan kreativitas.

Dulu, aku takut bicara di depan orang. Sekarang, aku justru menantikan jadwal muhadoroh.

Setiap sesi, kami diberi tema bebas,bisa tentang pengalaman pribadi, mimpi, atau refleksi hidup. Lewat kegiatan ini, aku belajar menyampaikan gagasan dengan jelas, percaya diri, dan tetap rendah hati.

Bagi teman-temanku, muhadoroh juga menjadi waktu yang ditunggu-tunggu. Karena di sinilah kami saling mengenal lebih dalam,bukan hanya sebagai teman sekamar, tapi sebagai saudara sejati.

Outbound di Klura Eco Park: Petualangan yang Membentuk Karakter

Depan Tenda tim Pattimura – memasak untuk makan pagi bersama 

Puncak pengalaman tak terlupakan terjadi saat outbound angkatan ke-19 ke Klura Eco Park, Pacet, Mojokerto.Sebelum berangkat, kami berkumpul di aula untuk briefing.

Instruktur MEC, dibantu tim Frekuensia, membagi kami menjadi enam tim: tiga ikhwan dan tiga akhwat. Yang unik? Kami berangkat terpisah menggunakan angkutan umum, mencari tumpangan sendiri,sebagai bentuk latihan kemandirian.Beberapa tim tiba lebih dulu; dan yang terakhir baru sampai pukul 16.00 karena kesulitan mencari tumpangan transportasi.

Sesampainya di sana, udara segar dan pepohonan pinus langsung menyambut. Area outbound sangat luas, dengan tenda berjejer dan sungai kecil berair dingin.

Kami mendirikan tenda berempat per tim, prosesnya penuh tawa! Ada yang salah pasang tiang, tenda miring, tapi akhirnya berdiri kokoh berkat kerja sama.

Hari Pertama: Sholat Jamaah Tetap Jadi Prioritas

Sholat Magrib Berjamaah – Klura Eco Park, Pacet, Mojokerto

Setibanya di lokasi, kami langsung membereskan barang, memasak makan malam, dan membersihkan diri.Meski lelah, sholat Maghrib berjamaah tetap dilaksanakan, karena di mana pun kami berada, sholat jamaah adalah kewajiban.

Malam itu, kami mengikuti acara pembukaan Outbound Angkatan 20 Tahun 2025 di halaman tenda.Selama dua hari satu malam, kami tidak sempat ganti baju,karena jadwal kegiatan sangat padat dan seru! Tapi justru di situlah kebersamaan terasa paling nyata.

Hari Kedua: Mendaki, Bermain, dan Belajar Kepercayaan

Keesokan harinya, kami mendaki bukit kecil, jalan licin membuat kami saling pegang tangan.Lalu, kami mengikuti berbagai game outbound yang baru pertama kali kucoba.

Seru banget! Di siang hari, kami beristirahat di bawah pohon pinus besar sambil menikmati nasi dengan lauk ayam goreng.

Hari Terakhir: Pulang dengan Hati Penuh Pelajaran

Foto bersama tim Pattimura – Sebelum pulang ke Asrama

Sebelum pulang, kami membersihkan area, mengumpulkan sampah, melipat tenda, dan mengembalikan barang-barang.

Ada yang sempat mandi sebentar karena kami akan pulang pukul 15.00. Kali ini, kami dijemput oleh 3 mobil TNI, pulang bersama, tidak lagi terpisah.

Pengalaman dua hari satu malam itu singkat, tapi membekas seumur hidup. Aku belajar:

  • Kemandirian saat mencari angkutan umum
  • Kerja sama saat mendirikan tenda
  • Kepercayaan saat bermain game tim
  • Ketaatan dengan tetap menjaga sholat jamaah di mana pun

Baju yang sama dipakai selama dua hari,bau keringat bercampur tanah.api hati kami bersih dan penuh syukur. Klura Eco Park bukan sekadar tempat wisata, tapi sekolah alam yang mengajarkan bahwa petualangan sejati adalah perjalanan menuju Allah dengan bekal takwa.

Transformasi Diri: Dari Pemalu Jadi Pribadi Mandiri dan Percaya Diri

Foto Bersama Mandiri Entrepreneur Center Surabaya dan Jakarta – sebelum berangkat Outbond

Sebelum masuk MEC, aku adalah gadis pemalu yang tidak punya keterampilan bisnis sama sekali. Sekarang? Aku sudah bisa mengatur keuangan dari beasiswa ini, belajar hemat, bahkan melakukan investasi kecil-kecilan.

Mental kuat juga terbentuk: saat ada masalah, aku tidak lari tapi berikhtiar dan yakin ada jalan keluarnya.

Yang paling kusyukuri adalah bagaimana MEC menyatukan ilmu dunia dan akhirat. Aku tidak hanya belajar bisnis, tapi juga memperdalam agama. Kombinasi ini membuatku siap menghadapi dunia nyata dengan kepala tegak dan hati tenang.

Rencanaku ke depan? Lanjut kuliah sambil mengembangkan bisnis online yang sudah kumulai. Dan semua itu berawal dari satu keputusan: mendaftar beasiswa MEC.

Penutup: MEC Surabaya—Rumah Kedua yang Mengubah Takdir

Outbound – Menjadi pribadi yang lebih berani lagi

MEC Surabaya adalah rumah kedua bagiku. Dari kelas yang awalnya ingin jadi pegawai biasa, kini aku punya mimpi lebih besar. Dari MOPD hingga outbound, setiap momen di sini begitu berkesan.

Aku bersyukur atas beasiswa ini,karena yang kudapat bukan hanya ilmu, tapi juga teman sejati, transformasi diri, dan arah hidup. Bagi sesama anak yatim yang punya mimpi besar, MEC adalah peluang emas.

Jika kamu membaca ini dan merasa terinspirasi, jangan ragu untuk mendaftar. Siapa pun bisa sukses asal berani memulai. MEC Surabaya adalah buktinya.

Aku bisa berhasil. Dan kamu juga harus bisa.

Terima kasih, MEC. Atas semua pengalaman indah ini.

Sampai jumpa di cerita selanjutnya……………..

 

 

Leave a Comment