Pengalaman Pribadi Sekar – Dari Bayangan Kehilangan Menuju Cahaya Kemandirian di MEC Surabaya

Pengalaman Pribadi Sekar – Halo, Sobat! Untuk pertama kalinya, aku mau berbagi cerita tentang pengalaman selama di MEC Surabaya.

Tapi sebelum kita bahas MEC, aku ingin ajak kalian kenalan dulu sama aku, soalnya, ada pepatah bilang, “tak kenal maka tak sayang.” Meski menurutku, itu belum sepenuhnya benar… ya sudahlah, nggak usah dibahas panjang-panjang, hehe.

Sekilas Tentangku

Pengalaman Pribadi Sekar
Pengalaman Pribadi Sekar – Seorang Gadis yang Berani Melangkah Kedepan

Aku bukan anak istimewa. Aku tidak punya bakat luar biasa, tidak pernah juara olimpiade, dan dulu bahkan takut mengetik di komputer. Tapi justru karena itu, aku ingin bercerita.

Karena terkadang, kekuatan terbesar lahir bukan dari kehebatan, tapi dari keberanian untuk terus melangkah meski kakimu gemetar.

Ini bukan kisah sukses instan. Ini kisah tentang bagaimana seorang gadis bernama Sekar, yang artinya “bunga” belajar mekar di tanah yang kering.

Akar yang Patah Tapi Tak Mati Bagian dari Pengalaman Pribadi Sekar

My Family
Pengalaman Pribadi Sekar – My Family

Ayah Pergi, Dunia Terasa Kosong

Usiaku baru empat tahun ketika ayah pergi selamanya. Aku terlalu kecil untuk memahami kematian, tapi cukup besar untuk merasakan kehampaan.

Rumah yang dulu penuh tawa, tiba-tiba sunyi. Ibu bekerja lebih keras, matanya sering sembap, tapi jarang menangis di depan kami.

Aku jadi anak yang “aktif”, mungkin caraku mengalihkan rasa sedih. Main api? Ya, dulu aku suka. Bukan karena nakal, tapi karena apinya hangat. Seperti pelukan yang sudah lama tak kurasakan.

Ironisnya, saat tumbuh dewasa, aku justru jadi pendiam. Seperti bunga yang malu mekar, aku lebih suka menyendiri. Mungkin karena takut kehilangan lagi.

Dari Sekolah Dasar Hingga Madrasah Aliyah Jejak Pengalaman Pribadi Sekar

Pengalaman Pribadi Sekar
Pengalaman Pribadi Sekar – Acara Kelulusan di Madrasah Ibtidaiyah

Kegagalan yang Menjadi Pemicu Keberhasilan

Waktu masuk SD, aku benar-benar nggak ngerti apa-apa soal belajar. Semuanya serba baru. Tapi beberapa bulan kemudian, aku diajak ikut lomba Calistung (Membaca, Menulis, dan Menghitung).

Kira-kira menang atau kalah? Yup, aku kalah. Wajar sih, soalnya masih bingung banget. Tapi kekalahan itu justru jadi pemicu. Pas kelas 3 dan 4, aku balas semuanya, juara 1 Calistung dan juara 1 LCC tingkat kecamatan!

Mungkin bagi sebagian orang itu hal kecil, tapi buat aku yang masih kecil banget, itu pencapaian besar banget. Rasanya kayak bukti kalau aku bisa, meski awalnya gagal.

Oh iya, dari kelas 1 sampai 6 SD, aku juga suka jualan jajanan di sekolah. Harganya cuma Rp500, tapi buat aku, itu sangat berharga. Setiap uang receh yang kudapat bikin aku merasa mandiri, meski kecil.

Belajar di Tengah Badai Pandemi

Angkasa
Pengalaman Pribadi Sekar – Kegiatan Fashion show di Madrasah Aliyah

Kenapa aku bilang masa SMP nggak terlalu menyenangkan? Karena pas aku mulai sekolah, pandemi COVID-19 datang. Awalnya, aku punya teman-teman yang semangat belajar bareng sampai lulus. Tapi kenyataannya, banyak yang “gugur” di tengah jalan, berhenti sekolah atau pindah.

Alhamdulillah, Allah ganti mereka dengan teman-teman yang lebih baik, dan aku akhirnya bisa lulus. Aku sekolah sekaligus di pesantren. Sayangnya, cuma satu tahun pertama yang belajar offline. Dua tahun sisanya daring.

Belajar online itu… nggak enak. Ilmunya terasa terbatas, ngobrol sama guru dan teman jadi jarang, dan motivasi cepat turun.

Jadi, buat kalian yang masih bisa sekolah tatap muka, jangan mengeluh! Nikmatin setiap momennya, karena kesempatan itu nggak selamanya ada.

Masa Terindah yang Sederhana

My History
Pengalaman Pribadi Sekar – Kegiatan Perkemahan Pramuka Warungkiara

Banyak orang bilang masa SMA itu masa terindah. Mungkin ceritaku nggak terlalu heboh, tapi buat aku, ini masa di mana aku benar-benar belajar arti kebersamaan.

Aku ikut OSIS dan ekstrakurikuler Pramuka. Di Pramuka, aku belajar banyak hal baru, bahkan yang di luar kemampuanku. Tapi justru di situlah aku menemukan arti empati, kerja sama, dan kebersamaan.

Aku juga dilatih berpikir kritis menghadapi tantangan, dan sadar bahwa setiap orang punya kelebihan yang bisa saling melengkapi.

Sekolahku juga mengajarkan ilmu agama, yang bikin aku jadi pribadi lebih baik. Hubungan antara guru dan murid terasa seperti keluarga. Sampai sekarang pun, silaturahmi dengan alumni masih terjaga.

Di masa ini, aku punya dua sahabat yang selalu ada di suka dan duka, mereka adalah Lisna dan Anis. Kami sering main ke rumah masing-masing, jalan-jalan ke kebun, yang orang Sunda bilang “ngabolang”, cari buah jatuh atau cari jeruk nipis masam. Seru banget!

Pas kelulusan, kami foto bareng dan saling tukar kado sebagai kenang-kenangan. Setelah itu, kami masing-masing melanjutkan jalan hidup baru. Nggak lama kemudian, aku masuk MEC Surabaya untuk lanjut studi D1 Bimbingan Siap Kerja.

Antara Harap dan Cemas

Pengalaman Pribadi Sekar
Pengalaman Pribadi Sekar – Kekeluargaan di Kamar Aisyah MEC

Petualangan yang Menguras Emosi

Pagi itu, pukul 08.00, kami berangkat ke Stasiun Cibadak. Perjalanan lancar, dan aku menginap di rumah kakakku di Jakarta.

Keesokan harinya, kami berangkat dari Stasiun Rawa Buaya ke Stasiun Duri. Di sana, Ibu mau ambil uang di ATM buat bekal perjalanan.

Tapi setelah nunggu lama, Ibu nggak kunjung balik. Aku dan kakak panik, kami kehilangan Ibu di tengah keramaian!

Kakak cari ke mana-mana, tapi nggak ketemu. Ternyata, Ibu sudah naik kereta duluan! Kami makin panik karena tiket ke Kediri sebentar lagi berangkat.

Saat tiba di Stasiun Pasar Senen, aku udah lelah banget. Keponakanku rewel, dan aku tiba-tiba jatuh lemas karena Ibu belum ketemu.

Untungnya, kakak akhirnya nemuin Ibu. Saat Ibu mau peluk aku, aku cuma bilang, “Ayo cepat, Mah! Nanti kita ketinggalan kereta.”

Alhamdulillah, kami masih sempat naik kereta, meski mepet banget. Di dalam kereta, aku cuma duduk diam sambil nangis pelan, masih syok dan takut terjadi sesuatu sama Ibu.

Malamnya, kami kelaparan dan pesan mie, tapi nggak kunjung datang. Akhirnya, kami turun di Stasiun Kediri dan langsung ke rumah kakak.

Beberapa hari di sana, kami silaturahmi ke rumah saudara di Ngawi. Pakde dan Bude yang udah 14 tahun nggak ketemu. Aku nangis pas peluk mereka, dan kami ngobrol riang sepanjang hari. Malamnya, kami pulang ke rumah kakak.

Hari Pertama di Asrama MEC

Pengalaman Pribadi Sekar
Pengalaman Pribadi Sekar – Belajar Softskill Bersama Pak Riski di MEC

Awalnya, aku takut banget masuk asrama. Bayanganku, penghuninya pasti orang-orang menakutkan. Tapi dugaanku salah besar!

Aku disambut baik oleh teman-teman yang ternyata senasib, banyak yang yatim atau dari keluarga kurang mampu. Hari itu, aku kenalan sama Fairuz, Rana, Wianda, Winda, dan Suci. Mereka ramah banget, dan langsung bikin aku merasa diterima.

Awal Baru di MEC Surabaya

Pengalaman Pribadi Sekar – Upacara Pemmbukaan Pembelajaran di MEC

Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD)

Di MOPD, banyak cerita menyenangkan dan menyentuh. Teman-teman bercerita tentang kehidupan mereka yang penuh tantangan, tapi tetap punya semangat luar biasa.

Mereka cerita soal keahlian, kelebihan, dan kekurangan masing-masing. Menurutku, itu keren banget.

Yang paling beda dari teman-teman di sekolah sebelumnya, di sini semua punya tujuan. Nggak ada yang bermalas-malasan atau kehilangan arah.

Kami semua datang ke MEC dengan satu tekad. Ingin sukses, jadi pribadi lebih baik, dan bermanfaat buat orang banyak.

Pikiranku jadi terbuka. Kami mungkin datang dari latar belakang berbeda, tapi punya jalan yang sama. Dan yang paling keren, mereka nggak pandang bulu. Semua diterima apa adanya.

MOPD akhirnya berakhir, meski sampai sekarang aku masih sering ngantuk kalau ingat sesi-sesi panjangnya, hehe.

Mimpi yang Belum Siap Diucapkan dalam Pengalaman Pribadi Sekar

Hari pertama kuliah dimulai dengan mata kuliah Bisnis Digital. Datanglah Pak Firman, dosennya. Beliau langsung tanya, “Apa mimpi dan keinginan kalian setelah lulus?”

Pas giliranku, hati, pikiran, dan mulutku nggak nyambung. Aku gemetar dan takut banget ngomongin impianku. Rasanya, mimpi itu terlalu besar buat orang kayak aku.

Tapi dosenku patahkan semua ketakutan itu dengan berbagi kisah hidupnya yang penuh perjuangan.

Saat Aku Merasa Itu Sulit dalam Pengalaman Pribadi Sekar

Siang harinya, kami belajar komputer dan praktik MS Word. Mentor kami, Kak Anam, ngajarin cara pakai MS Word dengan cepat. Teman-temanku langsung jago, ngetik lancar, klik sana-sini tanpa ragu.

Sedangkan aku? Masih kaku banget. Bahkan ngetik aja susah. Di kepala, muncul pikiran: “Aku nggak bisa apa-apa. Aku nggak ngerti apa-apa.”

Pas ngerjain tugas, aku cuma pasrah dengan kemampuanku. Aku coba kerjain dulu sebisaku, meskipun teman-teman terus mencoba membantu. Tapi tetap saja, rasa nggak percaya diri itu kuat banget, sampe pengen nangis, hehe.

Maaf ya, Sobat, kalau ceritanya agak aneh. Aku masih belajar menuangkan pikiran dalam tulisan.

Kenapa Aku Bisa di Sini? Cerita dan Pengalaman Pribadi Sekar

Pengalaman Pribadi Sekar – Belajar Ilmu Fiqih Bersama Ustadzah Laila di MEC

Karena Impianku setelah lulus dari MEC adalah.

  • Membahagiakan Ibu,
  • Buka usaha sendiri,
  • Nggak bergantung pada orang lain buat cari kerja,
  • Dan mengasah ilmu serta kemampuan yang kudapat di sini.

Motivasi terbesarku? Ibu. Dialah yang selama ini berjuang keras sendirian. Lalu, kakakku yang meyakinkanku masuk MEC.

Katanya, di sini aku bakal ketemu teman-teman hebat, cerdas, dan baik yang bisa memotivasi. Juga guru, mentor, dan dosen yang luar biasa, yang siap bantu aku sukses di masa depan.

Pengalaman Pribadi Sekar di Tempat Belajar Menjadi Mandiri

Pengalaman Pribadi Sekar
Pengalaman Pribadi Sekar – Kunjungan Ke Badan LAZNAS Yatim Mandiri Kediri Bersama Teman Bisnis Digital

MEC Surabaya adalah lembaga khusus untuk yatim dan dhuafa yang fokus pada pendidikan siap kerja. Di sini, kami nggak cuma diajarin materi pelajaran, tapi juga dibekali hardskillsoftskill, dan nilai keislaman.

Belajarnya nggak cuma teori, 70% lebih ke praktik! Jadi, nggak perlu khawatir ilmu nggak kepake setelah lulus. Semua fasilitas terjamin 100%, dan kami diajarin jadi mandiri finansial,biar nggak jadi beban orang tua lagi.

Sebelum masuk MEC, aku nggak punya skill apa-apa. Nggak bisa pakai komputer, nggak tahu cara hasilin uang, dan nggak percaya diri. Bahkan ngomong dikit aja takut.

Tapi di MEC, aku pelan-pelan berubah. Aku mulai melangkah dengan versi diriku yang baru, lebih berani, punya tekad, dan semangat baru. Aku pengen sukses dengan cara yang halal.

Jadi, Sobat, jangan biarkan rintangan dan kemalasan mengubur mimpimu. Masa depan nggak akan datang sendiri, kamu harus berusaha menggapainya.

Ingat! di setiap kesulitan, pasti ada kemudahan. Kalau jalanmu lebih sulit, itu karena Allah mau kasih kamu lebih banyak dari yang lain.

Kalau kamu nggak lulus SNBP atau jalur kuliah lain, mungkin jalananmu emang bukan di sana. Yuk, belajar bareng di MEC, mulai bisnis dari nol, bangun mental wirausaha, dan hadapi tantangan kehidupan nyata.

Mari bangun positive perception dari sekarang, biar jalan ke sukses jadi lebih mudah.

Terima kasih, Sobat, yang udah baca sampai akhir. Meskipun ceritanya sedikit “krik-krik” dan nggak terlalu nyambung. Tunggu kelanjutan ceritaku, ya!

Leave a Comment